rute maritim bersejarah yang pernah membawa rempah-rempah dan filosofi antara India dan Indonesia kini sedang dirancang ulang untuk abad ke-21. Saat ini, arus yang membentuk hubungan antara dua negara demokrasi terbesar di Indo-Pasifik bukanlah angin perdagangan, namun terabit yang mengalir melalui kabel serat optik dan sinyal instan dari sistem pembayaran digital.
Secara diam-diam namun dengan tujuan strategis, Jakarta dan New Delhi menjalin aliansi digital yang penting. Diperkuat melalui serangkaian nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani selama setahun terakhir, kemitraan ini lebih dari sekedar teknologi. Hal ini merupakan langkah yang diperhitungkan oleh Indonesia untuk mempercepat ekonomi digitalnya, meningkatkan layanan publik, dan menegaskan kedaulatan digitalnya di dunia yang semakin ditentukan oleh persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Bagi rata-rata masyarakat Indonesia, janji ini nyata: transaksi lintas batas yang lebih murah, layanan pemerintah yang lebih efisien, dan peluang yang lebih besar bagi bisnis lokal. Bagi negara ini, hal ini mewakili “cara ketiga” yang kuat, sebuah model kemitraan yang dibangun di atas teknologi yang terbuka dan ramah terhadap kedaulatan, menawarkan alternatif yang menarik terhadap ekosistem yang memiliki hak milik dan penuh dengan geopolitik.
Inti dari jabat tangan digital ini adalah rencana interkoneksi BI-Fast Indonesia dengan Unified Payments Interface (UPI) India. Inisiatif ini, yang diresmikan dalam MoU antara Bank Indonesia dan Reserve Bank of India pada masa kepemimpinan Indonesia di Kelompok 20 (G20), merupakan sebuah revolusi ekonomi yang sedang menunggu.
Dampak langsungnya akan memberikan keuntungan bagi dua sektor penting: pariwisata dan pengiriman uang. Wisatawan India, yang merupakan demografi penduduk yang berkembang pesat dan merupakan penduduk asli digital, akan segera dapat menggunakan aplikasi seluler yang mereka kenal untuk memindai kode QRIS dan membayar secara instan, dari warung (warung makan) di Bali hingga department store di Jakarta. Proses yang lancar ini mengabaikan biaya tinggi dan hambatan yang terjadi pada jaringan kartu kredit internasional dan loket penukaran mata uang.
Demikian pula bagi diaspora dan pelaku bisnis Indonesia yang bertransaksi dengan India, pengiriman uang ke rumah atau melakukan pembayaran akan menjadi lebih mudah dan jauh lebih murah. Namun manfaat jangka panjang sebenarnya adalah pemberdayaan 64 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia, yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional.
Setiap hari Kamis
Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.
untuk mendaftar buletin kami!
Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.
Lihat Buletin Lainnya
Dengan mengintegrasikan jalur pembayaran real-time ini, hambatan biaya bagi UMKM untuk berpartisipasi dalam e-commerce regional akan berkurang. Infrastruktur ini adalah fondasi untuk menciptakan pasar digital yang terbuka dan dapat dioperasikan, yang terinspirasi oleh Jaringan Terbuka untuk Perdagangan Digital (ONDC) India, yang dapat menyamakan kedudukan dan mengurangi dominasi agregator platform besar, sehingga mendorong ekonomi digital yang lebih inklusif di seluruh nusantara.


